A. Latarbelakang
Perkembangan zaman dan
teknologi membawa dampak yang mengkhawatirkan terhadap masalah karakter. Di era
teknologi ini, mudahnya akses ke budaya luar seringkali membuat siswa
terpengaruh tanpa pemahaman mendalam tentang nilai-nilai budaya kita.
Budaya positif di sekolah
memiliki peran penting dalam membentuk karakter siswa. Nilai-nilai, keyakinan,
dan kebiasaan yang mendukung perkembangan pribadi yang kritis, hormat, dan
bertanggung jawab merupakan inti dari budaya positif ini.
Sebagai lembaga
pembentukan karakter, sekolah memiliki peluang besar untuk membangun budaya
positif. Peran guru sebagai pendidik menjadi kunci utama dalam menciptakan
lingkungan sekolah yang aman dan nyaman bagi siswa. Dalam filosofi Ki Hajar
Dewantara, pembelajaran di sekolah harus memberikan kebahagiaan yang maksimal
bagi siswa melalui konsep merdeka belajar.
Salah satu cara efektif
untuk membangun budaya positif di sekolah adalah dengan membentuk keyakinan
kelas dan menerapkan segitiga restitusi. Dengan partisipasi aktif guru dan
siswa dalam merumuskan keyakinan kelas, semua pihak berkomitmen untuk menjalankannya
sebagai langkah awal dalam menciptakan budaya positif di sekolah. Selain itu,
penerapan segitiga restitusi membimbing siswa untuk berdisiplin positif dan
menjadi siswa yang mandiri dalam belajar.
Maka, membangun budaya positif di sekolah merupakan tantangan penting dalam menghadapi krisis karakter yang dihadapi generasi muda saat ini. Dalam usaha ini, peran dan komitmen aktif dari guru, siswa, serta seluruh komunitas sekolah akan menjadi kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan pembentukan karakter yang kuat dan berkualitas
B. Tujuan
1. Menciptakan budaya positif dengan menginternalisasi nilai-nilai moral, keyakinan, dan kesepakatan yang telah disetujui dalam kelas.
2.
Menguatkan
penerapan nilai-nilai yang tercantum dalam Profil Pelajar Pancasila selama
proses belajar-mengajar.
3.
Memahami peran
dan tanggung jawab sebagai pendidik dalam mengelola situasi kelas.
4.
Memahami
dasar-dasar kebutuhan manusia.
5.
Menggunakan
segitiga restitusi sebagai cara efektif untuk mengelola disiplin.
6.
Mendorong
murid untuk aktif berpartisipasi dalam merumuskan visi kelas yang diinginkan.
7.
Memotivasi
siswa secara intrinsik agar bersemangat dalam belajar dan berprestasi.
8.
Mengadopsi
pendekatan pembelajaran yang berfokus pada siswa.
9.
Mengajarkan
nilai-nilai moral yang positif seperti tanggung jawab, disiplin, dan komitmen
C. Tujuan
1. Murid memiliki kemampuan untuk merumuskan perjanjian dan keyakinan kelas yang sejalan dengan nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila.
2.
Murid memiliki
keterampilan dalam melaksanakan perjanjian kelas yang telah ditetapkan dengan
penuh tanggung jawab.
3.
Murid dapat
mengidentifikasi masalah dan menemukan solusi untuk mengatasi tantangan yang
dihadapi.
4.
Murid dapat
menunjukkan perubahan perilaku sebagai hasil dari pembelajaran dari pengalaman
menghadapi masalah sebelumnya.
5.
Murid dan guru
secara konsisten menerapkan budaya positif, termasuk perjanjian kelas dan
penggunaan metode segitiga restitusi.