Sabtu, 28 Oktober 2023

Aksi Nyata Modul 1.4


A. Latarbelakang

Perkembangan zaman dan teknologi membawa dampak yang mengkhawatirkan terhadap masalah karakter. Di era teknologi ini, mudahnya akses ke budaya luar seringkali membuat siswa terpengaruh tanpa pemahaman mendalam tentang nilai-nilai budaya kita.

Budaya positif di sekolah memiliki peran penting dalam membentuk karakter siswa. Nilai-nilai, keyakinan, dan kebiasaan yang mendukung perkembangan pribadi yang kritis, hormat, dan bertanggung jawab merupakan inti dari budaya positif ini.

Sebagai lembaga pembentukan karakter, sekolah memiliki peluang besar untuk membangun budaya positif. Peran guru sebagai pendidik menjadi kunci utama dalam menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman bagi siswa. Dalam filosofi Ki Hajar Dewantara, pembelajaran di sekolah harus memberikan kebahagiaan yang maksimal bagi siswa melalui konsep merdeka belajar.

Salah satu cara efektif untuk membangun budaya positif di sekolah adalah dengan membentuk keyakinan kelas dan menerapkan segitiga restitusi. Dengan partisipasi aktif guru dan siswa dalam merumuskan keyakinan kelas, semua pihak berkomitmen untuk menjalankannya sebagai langkah awal dalam menciptakan budaya positif di sekolah. Selain itu, penerapan segitiga restitusi membimbing siswa untuk berdisiplin positif dan menjadi siswa yang mandiri dalam belajar.

Maka, membangun budaya positif di sekolah merupakan tantangan penting dalam menghadapi krisis karakter yang dihadapi generasi muda saat ini. Dalam usaha ini, peran dan komitmen aktif dari guru, siswa, serta seluruh komunitas sekolah akan menjadi kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan pembentukan karakter yang kuat dan berkualitas

B. Tujuan

1.   Menciptakan budaya positif dengan menginternalisasi nilai-nilai moral, keyakinan, dan kesepakatan yang telah disetujui dalam kelas.

2.    Menguatkan penerapan nilai-nilai yang tercantum dalam Profil Pelajar Pancasila selama proses belajar-mengajar.

3.    Memahami peran dan tanggung jawab sebagai pendidik dalam mengelola situasi kelas.

4.    Memahami dasar-dasar kebutuhan manusia.

5.    Menggunakan segitiga restitusi sebagai cara efektif untuk mengelola disiplin.

6.    Mendorong murid untuk aktif berpartisipasi dalam merumuskan visi kelas yang diinginkan.

7.    Memotivasi siswa secara intrinsik agar bersemangat dalam belajar dan berprestasi.

8.    Mengadopsi pendekatan pembelajaran yang berfokus pada siswa.

9.    Mengajarkan nilai-nilai moral yang positif seperti tanggung jawab, disiplin, dan komitmen

C. Tujuan

1.    Murid memiliki kemampuan untuk merumuskan perjanjian dan keyakinan kelas yang sejalan dengan nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila.

2.    Murid memiliki keterampilan dalam melaksanakan perjanjian kelas yang telah ditetapkan dengan penuh tanggung jawab.

3.    Murid dapat mengidentifikasi masalah dan menemukan solusi untuk mengatasi tantangan yang dihadapi.

4.    Murid dapat menunjukkan perubahan perilaku sebagai hasil dari pembelajaran dari pengalaman menghadapi masalah sebelumnya.

5.    Murid dan guru secara konsisten menerapkan budaya positif, termasuk perjanjian kelas dan penggunaan metode segitiga restitusi.